FILM THE AVENGERS besutan Marvel Studio semakin seru ketika di seri Infinity Wars Thanos muncul. Ia adalah penjahat yang paling sulit dikalahkan oleh para pahlawan super yang bergabung dalam The Avengers. Mereka takluk melawan Thanos sehingga harus bersambung ke film berikutnya. Di film The End Game sebagai kelanjutan Infinity Wars, akhirnya Thanos berhasil dibunuh. Film ini bahkan masih memegang sabuk jawara film paling laris sepanjang sejarah. Pada rilis di akhir 2019, The End Game membukukan penjualan senilai 39 triliun rupiah. Gila bukan?

Penulis skenario film cukup cerdas menghadirkan Thanos sebagai karakter antagonis. Dalam dirinya berkumpul banyak keunggulan yang pada pahlawan super keunggulan itu hanya dimiliki satu karakter saja. Thanos itu seperti gabungan keunggulan Iron Man yang super cerdas, Hulk yang berbadan super kekar, Captain America yang mampu menggaet pengikut, dan Thor si titisan dewa yang juga penjelajah antar galaksi. Bedanya, Thanos adalah penjahat dan The Avangers adalah pembela kebenaran.

Kalau kita simak dialog-dialog Thanos di kedua film tadi dan mencoba sebentar “memakai sepatu” pasukan Thanos, dia ada benarnya loh. Paling tidak, Thanos bukanlah sekadar penjahat pembuat onar. Dia juga pembela kebenaran yang kebetulan berbeda perspektif dengan kebenaran yang diyakini oleh The Avengers dan kita kebanyakan sebagai penonton.

Kebenaran yang dibela oleh para pahlawan super The Avengers, sederhananya bisa digolongkan sebagai kebenaran etika. Kebenaran jenis ini disepakati secara bersama-sama sehingga sangat tepat untuk dibela secara universal.

Nah…, kebenaran yang diyakini oleh Thanos adalah kebenaran logika. Dengan pengetahuan dan kemampuan nalarnya, ia memeluk erat sebuah kebenaran logika yang dapat dinalar secara masuk akal. Sialnya, kebenaran logika Thanos tak ia imbangi dengan pertimbangan nurani. Thanos memiliki putri angkat yang amat ia sayangi bernama Gamora. Tetapi ia lebih memilih mengorbankan Gamora dibandingkan kebenaran logika yang ia yakini. Tapi itulah serunya, sesuatu yang kontras akan membuat cerita semakin menarik.

Coba kita cuplik beberapa dialog Thanos yang menggambarkan bahwa motivasinya mengumpulkan enam batu kuasa (infinity stones) adalah atas dasar kebenaran logika yang ia yakini.

Saat duel dengan Iron Man, Thanos berkata “You’re not the only one cursed with knowledge” – “Kamu bukan satu-satunya yang dikutuk dengan pengetahuan. Ini menjelaskan Thanos adalah makhluk super cerdas.

Kebenaran logika yang Thanos pahami adalah alam semesta ini harus dipulihkan dari ketidak-seimbangan. Thanos–dengan logikanya–yakin penyebab utamanya adalah berlebihnya populasi penghuni alam semesta oleh makhluk cerdas sehingga mereka harus dikurangi jumlahnya. Hal ini ditegaskan juga oleh Joe dan Anthony Russo sutradara film tersebut pada salah satu wawancara. Joe dan Anthony Russo mengatakan Thanos gendeng yakin betul bahwa jika ia berhasil mengumpulkan enam batu kuasa ia akan membawa keseimbangan pada alam semesta. Maka, di film Infinity War salah satu dialog Thanos yang cukup nempel adalah “Perfectly balanced, as all things should be.” — “Keseimbangan yang sempurna, sebagaimana seharusnya.”

Lebih lanjut, kedua sutradara itu menjelaskan bahwa Thanos adalah musuh yang spesial. Dengan kekuatan tubuhnya, ketinggian intelektualnya, kemampuannya berkelahinya, membuat Thanos merasa memiliki kesempatan menjadi the choosen one. Thanos mengidap messianic complex, yaitu orang yang merasa yakin betul dengan apa yang ia pikirkan dan juga merasa didukung oleh semesta.

Ketika menghajar Iron Man habis-habisan di luar angkasa, di akhir pertarungan Thanos berujar “You have my respect, Stark. When I’m done, half of humanity will still be alive. I hope they remember you.” – “Aku sangat menghormatimu, Stark. Saat ini semua selesai, separuh umat manusia akan tetap hidup. Aku berharap mereka mengingatmu (sebagai pahlawan).”

Nah… ini kuncinya, Thanos itu orang baik yang berubah jahat karena benar-benar solid dengan apa yang ia yakini. Kebaikan Thanos setidaknya terlihat bagaimana ia sangat menyayangi kedua putri angkatnya. Namun, kebenaran logika yang Thanos yakin adalah manusia dan makhluk cerdas lainnya aktor utama perusak alam semesta. Dengan populasi yang semakin tinggi, mereka mengeksploitasi alam melebihi kapasitas pulihnya. Maka, Thanos meyakini sebuah kebenaran bahwa manusia harus mengalah demi kelangsungan alam semesta.

Thanos ada benarnya bukan? Motif perjuangannya juga masuk akal dan sangat relevan jika ditarik pada konteks kehidupan kita di bumi sekarang ini. Kerusakan alam yang menjadi-jadi sebagai akibat eksploitasi manusia fix sudah tak terpungkiri. Hanya saja, Thanos terlalu sempit dalam membela kebenaran. Ia mungkin lupa bahwa kebenaran itu banyak jenisnya dan terkadang saling beda satu sama lain.

TINGGALKAN BALASAN