Tujuh motivasi pelari

MOTIVASI sangat menentukan perilaku berikutnya. Tindakan kita sehari-hari tidak dapat dilepaskan dari motivasi yang melekat dalam benak kita. Contohnya, dua orang guru yang memiliki motivasi berbeda akan menjalani profesi tersebut secara berbeda pula. Katakanlah guru yang satu memiliki motivasi dasar ingin mendermakan ilmunya dengan mendidik dan guru yang lain motivasi utamanya adalah mendapatkan penghasilan. Keduanya akan sangat berbeda menjalani profesi tersebut.

Lari pun begitu. Kita perlu menentukan motivasi yang tepat sesuai kondisi pribadi masing-masing. Terutama bagi pelari pemula, mengikuti grup lari baik klub offline maupun grup whatsapp kadang malah jadi insecure. Kita jadi merasa terintimidasi atas diskusi yang terjadi. Mereka sudah mampu melesat dengan kecepatan pelari profesional dan jarak yang membayangkannya saja kita sudah lelah sendiri.

Nah… supaya lari tetap nyaman dan sesuai kondisi kita masing-masing, berikut saya rangkum beberapa jenis motivasi yang dapat kita pilih. Teman-teman bisa memilih satu saja movitasi utama berlari. Bisa juga mengombinasikan dua atau lebih motivasi sekaligus. Tetapi sebaiknya tetap pilih satu motivasi utama sehingga kita lebih mudah mengatur kegiatan lari secara rutin.

Pilihan motivasi ini juga bisa tumbuh. Misalnya, kita sudah nyaman dengan satu motivasi utama dan ingin menaikkan level tantangan berlari. Tinggal pindah saja ke motivasi yang lebih tinggi.

Menurut dr Samuel Oetoro (pakar gizi klinis), ada tiga tujuan berlari yaitu rekreasi, kesehatan, dan prestasi. Tapi menurut saya tujuan (dapat kita sebut motivasi juga) berlari alternatifnya lebih dari tiga pilihan itu saja.

Nah… inilah tujuh motivasi berlari yang dapat teman-teman pilih berikut bagaimana menentukan perilaku berlari kita sehari-hari.

1. Prestasi

Pelari dengan motivasi prestasi tentu saja ingin meraih prestasi dalam kejuaraan lari. Kejuaraan lari banyak sekali jenisnya. Mulai dari kejuaraan profesional sampai kejuaraan amatir. Kejuaraan lari ini umumnya disebut race.

Pelari dengan motivasi ini biasanya kelas atlet, pelari elit, dan memang menargetkan di race yang ia ikuti namanya masuk ke podium dan berhak mendapat hadiah. Oleh karena itu, pelari bermotivasi prestasi harus berhitung siapa lawan tandingnya dan bagaimana agar ia bisa masuk di papan atas.

Ukuran yang dikejar pelari prestasi adalah kecepatan lari sesuai kelas jarak larinya. Ia harus mampu tiba paling cepat di garis finish. Maka, pola latihannya sangat ketat. Pelari prestasi juga umumnya dibantu banyak orang untuk mempersiapkan dirinya menjadi yang terbaik. Ia memiliki pelatih yang mampu memberikan menu latihan dan memantau perkembangannya. Pelatih juga tidak cukup satu, ada pelatih lari, pelatih kebugaran, pelatih kekuatan fisik, dan ahli gizi.

Apa manfaatnya menjadi pelari prestatif? Selain namanya masuk papan atas, pelari prestatif adalah sebuah pekerjaan profesional. Kita bisa mewakili daerah, perusahaan, atau organisasi yang bersedia membayar kita. Beberapa brand juga mungkin akan menawari kontrak sebagai brand ambassador.

2. Kompetisi

Motivasi menjadi pelari kompetitif satu jenjang di bawah pelari prestatif. Pelari di kelas ini tidak menargetkan sebagai peraih juara. Ia sudah merasa cukup jika namanya tercantum di papan atas walaupun bukan yang teratas.

Dedikasi pelari kompetitif tak kalah berat dibanding pelati prestatif. Ia harus mampu berlari dengan kecepatan jauh di atas rata-rata pelari lain yang mengikuti race. Maka, patokan target yang ia kejar juga sama dengan pelari prestatif yaitu kecepatan berlari di kelas larinya masing-masing. Sebab, hingga saat ini satu-satunya ukuran race adalah kecepatan berlari. Belum ada race yang menentukan pemenang berdasarkan harga outfit, berat badan, atau keindahan gerak larinya.

Pelari kompetitif akan memiliki training plan yang cukup ketat, walaupun tidak seketat pelari prestatif. Berlari bukanlah profesi pelari kompetitif, tapi pola latihan dan dedikasi berlarinya hampir mendekati pelari prestatif.

Jika memilih motivasi kompetisi dalam berlari, Anda harus menjadi nerd dalam berlari. Semua teknik harus dikuasasi dengan benar, disiplin mengikuti menu latihan yang cukup berat, dan mengikuti berbagai race sebagai ajang pembuktian pilihan motivasi ini.

3. Gaya Hidup

Pelari lifestyle saat ini sedang tumbuh subur. Penyebabnya adalah dalam beberapa tahun terakhir, demam olah raga berlari tengah mewabah. Banyak yang tergerak hatinya turut berlari dan berhubung masih pemula maka berlari adalah pilihan gaya hidup sehat yang patut dicoba.

Dalam dunia marketing, menjadikan sebuah produk sebagai bagian dari gaya hidup adalah strategi yang paling ampuh mendorong penjualan. Sebab, jika sudah menjadi gaya hidup maka energi untuk belanja dan menikmati produk tersebut sangat besar. Orang dengan suka rela dan bahkan kadang tanpa berpikir panjang untuk belanja jika sudah menyangkut gaya hidup. Oleh karena itu, banyak sekali brand yang menyasar kelompok pelari gaya hidup dan menyesuaikan narasi marketingnya sesuai dengan minat gaya hidup lari.

Pelari bermotif gaya hidup berlum perlu sampai pada kecepatan para pelari kompetitif, apalagi pelari prestatif. Mereka bukan lawan pelari gaya hidup. Menggunakan pendekatan kurva normal, pelari gaya hidup menempati area paling banyak. Pelari kategori ini adalah pelari yang paling banyak populasinya.

Pelari gaya hidup akan selalu mengikuti tren dalam berlari, terutama outfit lari yang tengah digandrungi banyak orang. Banyak sekali outfit yang diburu dan diperbincangkan. Sebut saja sepatu, kaus kaki, leg compressor, knee support, celana lari, runnig belt, smart watch untuk lari, vest lari, t-shirt dry fit, head-lamp, running-id, kacamata lari, buff, topi lari, bluetooth earphone, nutrition, dan banyak lagi. Semua ini seru pembahasannya dan menggoda-goda dompet untuk turut belanja. Seolah ada sugesti dengan memiliki outfit nan trendi itu lari kita tambah kencang.

Dalam race atau latihan rutin, pelari gaya hidup paling mencolok penampilannya. Segala aksesoris lari dikenakan, bahkan yang tidak penting sekalipun. Tetapi bagi pelari gaya hidup semua itu penting makanya dibeli dan dipakai. Pelari di kelas motivasi ini juga adalah pelari yang paling sadar kamera dan sehabis race biasanya paling aktif memburu fotonya. Bertanya ke panitia atau mencari sendiri ke fotografer yang bertugas.

Meskipun sangat peduli dengan penampilan saat berlari dengan segala outfit yang tengah tren, dedikasi pelari gaya hidup terbilang sangat tinggi. Mereka seperti orang yang tengah jatuh cinta pada lari dan sedang kesemsem dengan olah raga ini.

4. Rekreasi

Skill berlari pelari rekreasional dapat dibilang sebelas-duabelas dengan pelari gaya hidup. Perbedaannya hanya pada apa yang paling ia pedulikan. Jika pelari gaya hidup sangat peduli dengan tren dan outfit, pelari rekreasional lebih peduli dengan suasana lingkungan saat berlari. Makanya, pelari rekreasional umumnya adalah pelari yang lebih menyukai trail running (berlari di alam) karena lebih peduli dengan environment selama berlari.

Jika ikut race lari, pelari rekreasional menjadikan ajang lari tersebut sebagai sarana untuk menikmati suasana baru di tempat baru. Pelari dengan motivasi rekreasi ini tidak terlalu peduli dengan pace berlari mereka karena tujuannya bukan ingin jadi juara. Yang penting tidak melewati batas maksimal waktu yang diperkenankan dan bisa menikmati suasana baru sudah cukup.

Foto-foto selama berlari juga tetap penting seperti halnya pelari gaya hidup. Itu sebabnya, pelari rekreasional sebelas-duabelas dengan pelari gaya hidup. He..he..

5. Kesehatan

Pelari dengan motivasi kesehatan umumnya pelari sangat pemula. Bisa karena dianjurkan dokter untuk rutin olah raga dan lari adalah salah satu pilihan yang dokter sarankan. Bisa juga karena kesadaran sendiri ingin lebih sehat, misalnya karena terlalu gemuk, ingin bebas dari kebiasaan rokok, atau ingin hidup lebih sehat.

Saya pernah bertemu seorang kakek usia 70 tahun saat berlari. Ia bercerita rutin berlari sejak usia 50 tahun karena ingin masa tuanya selalu sehat dan tidak merepotkan anak dan cucunya. Larinya yang ringan-ringan saja, sekedar menjaga kebugaran tubuh. Tidak terlalu memaksakan diri, yang penting rutin.

Pelari dengan motivasi kesehatan umumnya tidak berlari seperti pelari-pelari lain. Pilihan geraknya lebih ke jogging (lari kecil) atau jalan. Maka, pace lari sama sekali tidak relevan bagi pelari motivasi kesehatan. Tapi jangan salah tafsir, pelari kesehatan bisa segera pindah ke kelas pelari cepat juga jika ia merasa sanggup dan tetap sehat.

Hanya saja, pelari motivasi sehat sering menghadapi kondisi dilematis. Setelah rutin berlari, ia malah sering jatuh sakit padahal motivasi awalnya adalah untuk sehat. Nah…, ini kapan-kapan kita bahas terpisah. Tapi singkatnya, pelari yang terlalu memaksakan diri cenderung rentan jatuh sakit saat menjalani rutinitas berlarinya.

5. Partisipasi

Pelari partisipatif adalah pelari musiman. Ia masih enggan berlari rutin. Motivasi ikut lari lebih dominan karena niat turut berpartisipasi. Pelari partisipatif juga akan turut serta untuk kegiatan lain.

Walaupun tidak berlatih lari secara rutin, pelari partisipatif sudah memiliki pengalaman lari sebelumnya sehingga ia berani turut berpartisipasi. Setidaknya ia berani menanggung risiko cidera otot ringan sehabis berlari.

Saya pernah menemukan beberapa pelari partisipatif ini. Ia bukan pelari rutin, tetapi kalau ada event lari yang diikuti kantor, teman seangkatan kuliah, atau race lari yang cocok diikuti keluarga ia akan turut mengaspal.

Kecepatan? Jangan terlalu berharap, sepanjang jalur lari lebih banyak berjalan dan foto-foto saja. Tapi kita perlu menaruh respect dan mendukung pelari partisipatif sebab ia sudah memiliki modal cukup besar untuk berlari rutin. Selangkah lagi ia sudah berada di jenis motivasi lainnya sehingga ia menjadi pelari yang lebih rutin dan berdedikasi.

7. Terpaksa

Pelari terpaksa tetap saya masukkan karena ternyata kategori pelari di motivasi ini cukup banyak juga. Ada yang harus lari karena sedang program bersama di kantor. Mau tidak mau harus ikut karena sang bos sedang keranjingan lari sehingga anak buahnya harus turut berlari juga. Ada juga yang dipaksa suami, istri, atau pacar untuk berlari karena pasangannya merasa ia sudah terlalu berlebih berat badan.

Pelari terpaksa juga bisa karena program belajar atau kuliah mewajibkan adanya kegiatan lari. Suka tidak suka mereka harus lari meskipun sambil mengutuk-ngutuk yang mewajibkan program ini.

Kalau Anda berada dalam situasi ini, belajar menikmati lari dulu saja. Tidak perlu dilawan, meskipun dalam hati karena sakitnya akan double. Sudahlah lelah fisik akibat lari, hati juga ikutan lelah karena merasa terpaksa.

Cara mengurangi rasa keterpaksaan ini adalah dengan banyak-banyak membaca atau menonton alasan kenapa orang banyak berlari. Jangan-jangan, dari tadinya benci lari karena dipaksa malah jadi suka.

Nah, itulah tadi tujuh motivasi pelari yang mungkin sedang kita alami. Dengan mengenali motivasi utama saat ini kita berlari, lebih mudah bagi kita menentukan bagaimana memaknai dunia perlarian ini. Kalau masih nyaman dengan motivasi rekreasional misalnya, jangan terlalu ambil hati dengan teman-teman yang tengah berada di motivasi kompetitif. Maqam yang berbeda menentukan pemaknaan kita terhadap proses yang tengah berjalan.

Terakhir, saya setuju dengan istilah “motives determine your actions.” Jadi, peluklah satu motivasi utama dalam berlari dan jalani proses berlari sesuai motivasi tersebut. Selamat berlari.

Photo credit: https://unsplash.com/@alexanderredl

TINGGALKAN BALASAN