TEMANKU, dulu dia anak yang amat sholeh. Paling pintar mengaji, tajwidnya presisi dan bacaanya tartil. Hapalannya paling banyak dan hukum-hukum fiqh paham hingga mendalam. Ia bagai samudra yang ilmunya bernas tiada banding.

Belasan tahun tak bertemu. Begitu bertemu benar-benar bikin kaget. Diajak sholat Jum’at, dia bilang “Kalian masih menyembah yang abstrak juga ya?” ujarnya setengah mengejek. Ia pun memutuskan menunggu di rumah sambil menghisap dalam-dalam rokoknya. Yang kutau, dulu dia tak pernah menyentuh rokok sama sekali.

Perubahannya begitu drastis dan bikin hati miris. Kenapa engkau teman? Perjalanan hidup macam apa yang engkau lalui hingga berubah bak arus balik lebaran?

Dia cerita banyak hal. Yang aku simpulkan, tidak ada hal yang begitu berarti yang mampu menjelaskan kenapa dia bisa berubah. Tantangan yang ia hadapi tergolong biasa saja, pergulatan berbagai jenis pemikiran yang ada di sekitarku malah jauh lebih heboh dari yang ia ceritakan.

Itu satu kasus.

Ada pula teman akrab hingga aku merasa paham betul dengan karakter pribadinya. Bagaimana ia bertindak, apa yang biasanya ia pikirkan, dan value yang ia anut. Sekarang, ia tiba-tiba berubah seketika ntah karena apa. Seolah ada alien yang masuk ke dalam dirinya dan mengubah cara ia berpikir dan bertindak.

Sobat yang dulu selalu tersenyum bahkan jika mendapat ejekan, kini lekas sekali memberang hanya karena orang lain tak menaruh respek pada jagoan politiknya. Kalau ditanya malah bawaannya nyinyir tak jelas. Seolah ada dendam yang ingin ia muntahkan tapi tak jelas kepada siapa dendam itu ingin ia balaskan.

Masih banyak contoh lain perubahan-perubahan mendadak yang membuatku sering bertanya, benarkah kita bisa berubah begitu drastis?

Ada yang pernah bilang, “It’s sad when people you know become people you knew.” Rasa sedih itulah yang membuat kita jadi merasa kasihan atas apa yang terjadi padanya. Tapi, mengubah lagi mereka yang sudah berubah justru menambah kusut hubungan. Mereka selalu menaruh curiga kita ingin “menariknya” lagi.

Tergelitik dengan hal ini, aku coba baca-baca kenapa sih orang bisa berubah? Kita kutip satu sumber saja ya.

Adalah Arlene F. Harder, dengan bukunya Ask Yourself Questions and Change Your Life. Ia mengatakan ada tiga alasan yang mampu mengubah seseroang.

Pertama, perubahan akibat pengalaman yang kita lakoni secara berulang-ulang. Dengan pengalaman berulang-ulang itu kita menjadi pribadi yang berbeda. Misalnya bayi yang sedang belajar merangkak, berdiri, berjalan, dan hingga berlari. Ia berubah karena memang mengalami proses belajar. Begitupun dengan menempuh pendidikan, bisa mengubah kepribadian kita karena memang memperoleh input yang akhirnya mendefinisikan kepribadian kita di masa dewasa.

Kedua, berubah karena orang lain. Ada juga orang yang berubah karena didorong oleh orang lain. Misalnya, seorang bos di tempat kerja bisa saja mengubah anak buahnya sebab sang anak buah tersebut sangat bergantung nasibnya pada atasannya. Aku pernah mendengar cerita yang tepat dengan contoh di atas. Ada seorang pegawai yang direkomendasikan menjadi ajudan menteri. Berhubung sang menteri sangat bossy dan temparemental, ajudan yang cerlang gemintang di tempat kerjanya yang lama tiba-tiba berubah seperti robot. Ia sigap tapi tanggap hanya karena reaksi. Pandangan matanya kosong seolah ruhnya tersedot oleh aura sang menteri yang tak ubahnya karakter dementor di kisah Harry Potter.

Contoh lain, dalam perkumpulan yang mengandalkan ketokohan pemimpin kelompok tersebut. Anggota kelompok ini biasanya sangat bergantung pada sang tokoh sehingga seringkali kepribadian mereka berubah.

Ketiga, manusia bisa berubah sakit yang ia hadapi. Sakit yang dimaksud tidak melulu sakit fisik. Justru sakit secara psikologis lebih gampang mengubah kepribadian orang. Ditinggal orang yang dicinta, merasa diacuhkan, sakit hati, kecewa dengan dosis hebat, dendam mengkarat, dan banyak jenis sakit lainnya yang menumpuk hingga meledakkan pertahanan dirinya.

Kita semua mengalami perubahan. Semoga perubahan yang baiklah yang kita alami, bukan perubahan yang bikin kaget orang lain. Jangan pula perubahan yang membuat orang-orang terdekat jadi mengurut dada. ***

photo credit: http://www.careerealism.com

BAGIKAN
Tulisan sebelumnyaKadal-kadalan UU Pilkadal
Tulisan berikutnyaCiut Nyali

TINGGALKAN BALASAN