TAGIHAN SEKOLAH
Musim hujan belum benar usai
tagihan uang sekolah sudah mengintai-intai.
Berjuta bilangannya seolah seribu tusuk jarum
yang siap tertancap di ubun-ubun.
Nak... aku akan usahakan uang itu
meski hari berlalu hari masih bergelut bimbang
dari mana kulucuti uang untuk masa depanmu?
Kita seperti pulang ke zaman priyayi
yang pintunya hanya untuk kaum terpilih.
Nak, kita orang biasa
tapi aku rela menjadi roda yang terus berputar supaya
engkau jadi priyayi dan tetap pergi sekolah.
Dulu pernah ada masa
sekolah berguna mengubah nasib.
Sekarang masa pun beralih
Ubah nasib dahulu, sekolah kemudian.
Menatap hampa kertas tagihan.
Masih berharap angkanya turun sendiri.
Mungkin keajaiban masih berpihak,
tapi berlama-lama tatapan itu
berubah jadi tawa.
Mengejek dompet yang sama hampa.
Tetap aku usahakan nak...,
engkau tak perlu gundah urusan tagihan sekolah
Karena gundah sanggup kukunyah sendiri.
Bandung, 30 Juni 2017