hardisk
https://unsplash.com/@artwall_hd

HARDISK PERTAMA saya ukurannya 4.3 GB. Kala itu ukuran sebegitu sudah begitu besarnya. Sudah puaslah. Bisa nyimpan ribuan dokumen, foto, mp3 dan juga video. Bangga betul punya hardisk 4.3 GB. Sampai kini hardiks itu tetap ada dan masih bekerja meski kurang maksimal.

Waktu berlalu dan masa berganti. Ruang kosong hardisk itu pun mulai menipis. Ada saja file yang ingin disimpan. Tapi kalau ngitung-ngitung sisanya pasti ga akan cukup.

Sekarang hardisk saya sudah 80 GB ditambah externalhardrive 120 GB. Jadi total 200 GB. Tapi kesannya kok sama aja ya? Masih tetap merasa kurang.

Kalau difikir-fikir, hardisk ini kok sepertinya sama saja dengan harta. Seberapa besarpun hardisk tetap saja masih ada limitnya. Seberapa banyak pun harta tetap juga merasa ingin tambah lagi. Bayangkan dari 4 GB menuju 200 GB berarti sudah ada kenaikan 50 kali lipat, namun rasanya tetap sama : kekurangan!.

Lantas bagaimana dengan kekayaan? Sederhananya kaya itu identik dengan ukuran jumlah harta. Kaya tak kaya nominalnya relatif. Ada yang punya mobil dua dan rumah tiga juga tetap masih belum merasa kaya. Tapi ada juga orang yang sanggup beli baju baru setahun sekali untuk anak dan istri merasa sudah kaya benar.

Karena relatifnya ukuran kekayaan itu, majalah Forbes pun memberi ukuran orang kaya adalah yang sekurang-kurangnya punya penghasilan 1 juta dollar Amerika pertahun. Ola..la.. tampaknya kita agak sulit menuju orang kaya menurut versi Forbes ini.

Tapi marilah kita berkaca pada hardisk. Kita tak akan pernah merasa cukup dengan ruang yang tersedia. Kebutuhan selalu berkembang. Timbanglah.., kepemilikan harta juga akan seperti itu. Bukan berarti menjadi kaya dan punya harta tak baik. Justru sebaliknya, punya harta membuat kita punya potensi berbuat baik. Sama halnya seperti punya hardisk. Semakin banyak kapasitasnya semakin banyak hal yang bisa disimpan dan diberdayakan.

Yang penting justru mengatur hasrat kita untuk memiliki harta dan hardisk dengan baik. Karena dua hal itu bisa saja selalu menimbulkan rasa kurang. Rasa kekurangan yang akhirnya menyiksa diri sendiri. Oleh karena itu, maka baiknya defenisi kaya kita gariskan saja sebagai “Merasa Cukup”. Dibelakang merasa cukup ini ada rasa syukur atas apa yang ada. Hingga harta yang dimiliki membuat hati tentram, bukan sebaliknya. Semakin kaya semakin tak nyenyak tidur, semakin tak sanggup menikmati hidup, dan semakin abai atas hal-hal kecil di sekeliling kita yang membuat kita merasa syukur.

Kita semua bisa jadi kaya, yaitu menjadi orang yang selalu merasa cukup dengan apa yang mampu kita capai. Tak perlu lah terlalu obsesif mengejar nominal harta yang bisa terhapus dalam satu malam oleh Sang Pemilik itu. Jadi, seperti kata Joker di Dark Night. why so serious??

Photo credit: https://unsplash.com/@artwall_hd

BAGIKAN
Tulisan sebelumnyaKates
Tulisan berikutnyaIterasi Menuju Teliti

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke adhitya Batal balasan