Sejak 2011 lalu ada dua film serial yang memikat hatiku. Sama halnya ketika masa kecil dulu selalu menanti serial Gaban, Lionman, Megaloman, Ultraman, Satriabaja Hitam. Kini aku selalu menanti episode berikutnya muncul. Kedua serial itu adalah Dexter dan How I Met Your Mother. Meski berbeda genre, aku benar-benar menikmati alur cerita kedua serial ini. Dexter adalah serial kriminal seorang pembunuh berantai yang menderita psikopat. Sementara How I Met Your Mother kisah komedi romantis yang mengangkat cerita lima sekawan di kota New York.

Dexter

myWPEditImage Image Dexter diambil dari epguide.com

Dexter Morgan namanya, seorang polisi bagian lab di Kota Miami. Tepatnya, Dexter mendapat tugas sebagai penganalisis percikan darah. Ia bisa menjelaskan bagaimana seseorang dibunuh lewat jejak darah di lantai, dinding, dan objek lainnya. Bersama adiknya, Debra Morgan, ia meniti karir di kepolisian ini. Mereka berdua anak yatim piatu. Deb, adalah perempuan cantik yang sangat berambisi menjadi polisi berprestasi. Sementara Dexter selalu tampak kalem.

Bedanya lagi, Dexter ini seorang psikopat yang sangat lihai menyembunyikan keaadannya. Sumber lain menyebutkan Dexter ini sociopat. Apa bedanya? Ntah, kita pakai istilah psikopat saja. Dexter punya naluri selalu ingin membunuh. Dia bahkan sudah membunuh puluhan orang, memutilasinya, memasukkan ke karung, dan ditenggelamkan di laut. Korbannya dibawa kelaut dengan perahu pribadinya sendiri.

Film ini sadis sesadis-sadisnya. Bagaimana membunuh, percikan darah, potongan tubuh manusia, dan ekspresi korban semua ditampilkan dengan fulgar. Tambah lagi, sang penulis skenario pintar betul membawa kita merasakan apa yang dirasakan oleh Dexter sang psikopat itu. Kita seolah-olah diboyong ke situasi yang Dexter alami. Seorang anak yang ditinggal mati tradis ibunya. Ibunya dibunuh di bak kamar mandi. Dexter ditinggal dalam genangan darah ibunya sendiri. Seorang polisi menyelamatkannya dan mengangkatnya sebagai anak. Polisi yang bernama Harry Morgan ini lah yang pertama kali mengenali karakter psikopat Dexter. Ia pula yang mengajarkan Dexter bagaimana mengendalikan “penyakit kutukannya” itu. Bahkan sesudah Harry mati, Dexter masih bisa berkomunikasi dengan Harry. Ini menegaskan Dexter memang psikopat akut.

Aku tidak menggemari kesadisan yang ditampilkan film ini. Bahkan sering mual dibuatnya. Tapi, drama dibalik usaha Dexter mengendalikan sifat monsternya dan bagaimana ia sembunyi itu yang menarik. Beban yang sangat berat baginya. Ini disampaikan dengan detail sekali.

Dexter adalah pembunuh tampan, kalem, sekaligus “baik hati”. Baik hati karena ia hanya membunuh mereka yang jahat dan tak tersentuh hukum saja. Misalnya karena bukti tak cukup atau memang kasus yang sulit dipecahkan. Sederhanya, Dexter itu seperti Robinhood. Robinhood pencuri baik hati dan Dexter pembunuh yang milih-milih.

Semua korbannya dibunuh dengan ritual khusus. Sebelum dieksekusi, Dexter mengumpulkan sampel darah korbannya lalu menceritakan apa saja dosa-dosa sang korban. Mau mengakui atau tidak mengakui, Dexter akan menghukumnya sampai mati. Bagaimana pisau ditusukkan ke jantung, bagaimana ia memutilasi, semua ditampilkan hampir tanpa sensor.

Meski menarik, akhirnya aku memutuskan tidak lagi menonton Dexter. Khawatir ketularan. He..he..

How I Met Your Mother

myWPEditImage Image How I Met Your Mother, diambil dari fanpop.com

Nah… kalau film ini baru seru. Lucu dan penuh kejutan.

How I Met Your Mother menceritakan lima orang yang sejak kuliah sudah berteman. Hingga ke kehidupan profesional mereka tetap berteman. Setting utamanya ada di kafe tempat mereka saban hari bertemu. Yang aku suka dari serial ini adalah masing-masing orang punya karakter unik. Kelucuan yang muncul terkesan tidak dibuat-buat.

Aku memang tidak sejak awal mengikuti film yang berlatar cerita kota Newyork ini. Baru ikut di tengah-tengah, tapi suasana akrab kelima sahabat ini benar-benar memikat. Aku belum bisa cerita banyak tentang How I Met Your Mother ini karena masih sedikit mengikutinya. Karena itu berencana mengoleksi serial ini. Di pasar Kota Kembang Bandung pasti banyak yang jual, he..he.. (pembajak detected). Tapi nontonya sempat kapan ya?

Selanjutnya, film apa ya yang recomended untuk ditonton? Tolong ya, dikasih saran.

5 KOMENTAR

  1. Fan..kalau berani mah nongton “The Wire” itu peringkat tertinggi film mini seri..
    setelah nongton itu..semua film detektif dan semacamnya jadi “child’s play”..kecuali Dexter 😉

Tinggalkan Balasan ke bangirfan Batal balasan