DALAM menjalani bisnis, ide bagaikan peluru yang melesat kencang dari moncong senjata. Berharap peluru itu mencapai sasaran secepat mungkin seperti yang kita impikan saat melahirkan gagasan bisnis tersebut. Hanya saja kenyataannya tak seindah itu.

Setelah melangkah lebih jauh, tiba-tiba ada tembok yang menghalangi laju sang peluru ide. Ini ujian tahap pertama yang pasti dihadapi seluruh pebisnis. Lulus tidaknya di tahap ini sangat tergantung pada sang pelakon bisnis. Dinding ini seolah benar-benar menghentikan seluruh energi yang tadinya memehuhi ruang diri.

Tembok apakah itu gerangan?

Anda yang sudah pernah memiliki bisnis pasti pernah mengalami kondisi seperti ini. Kita berpikir bahwa ide bisnis yang kita miliki sangat cemerlang dan potensial. Orang lain sepertinya tidak kepikiran akan ide tersebut. Kita seolah berada dalam situasi Archimedes yang sedang berendam di kamar mandi lantas berteriak Eureka…! Berhari-hari kita terbius dengan ide yang kadang datang seperti ilham yang sedang dicucurkan dari langit kepada kita.

Lalu masuklah dalam tahap mengembangkan ide dan kita terkejut bahwa apa yang ingin kita kembangkan ternyata sudah ada yang melakukan. Sudah jalan beberapa tahun bahkan dan mereka sepertinya sedang menikmati sukses. Kenyataan ini begitu menyakitkan. Dalam beberapa interaksi saya dengan para calon pebisnis, ini adalah pembunuh ampuh semangat bisnis mereka. Menyadari kenyataan ini mereka perlahan mundur karena idenya ternyata tidak secemerlang yang dibayangkan semula.

Bagi mereka yang sudah pernah melewati ujian ini pasti sepakat dengan saya bahwa tembok ini harus dilompati. Bukan jadi penghambat sehingga memutuskan mundur. Kalau ingin keluar rumah, ya siap saja jika tiba-tiba hujan datang padahal beberapa saat sebelumnya cuaca begitu cerahnya. Yang tidak siap dengan kenyataan hujan ini, pilihannya tentu mengurungkan niat keluar. Tapi bagi yang sudah bertahun-tahun bersahabat dengan hujan akan punya solusi menghadapi sang hujan. Banyak caranya, urusan hujan ini tak perlu saya uraikan di sini.

Begitu pula dengan tembok awal bisnis ini. Yang tidak siap pasti mengambil pilihan berhenti. Tapi bagi yang sudah menyadarinya, semua ini merupakan proses yang sangat alami dan lumrah sehingga ia akan melompatinya dengan penuh percaya diri.

Jika ide yang tadinya kita anggap sangat genuine itu ternyata sudah dijalankan oleh orang lain menurut saya justru pertanda bagus. Artinya, ekosistem bisnis itu setidaknya sudah mulai terbangun. Kita tidak sedang sendirian di gurun kering dan ingin menghijaukannya. Banyak yang berpikir sama dan pasar sudah mulai siap menerima ide kita.

Tugas berikutnya yang paling penting adalah mencari cara bagaimana agar bisnis kita bisa stand out di antara bisnis yang sudah berjalan. Bukan malah mundur dan mencari lagi ide lain karena situasinya akan selalu sama, tembok itu hadir lagi.

BAGIKAN
Tulisan sebelumnyaMemori dan Waktu yang Terhenti
Tulisan berikutnyaMemulai Lari

TINGGALKAN BALASAN