Sebutlah ini pornoaksi kawan…

Foto ini saya ambil saat menumpang taksi dari setiabudi menuju BTC – Bandung. Ceritanya saya lagi buru-buru mau ke Jakarta pakai salah satu travel di BTC. Sambil duduk di belakang pak supir yang sedang mengemudi, saya bidikkan kamera kesana kemari. Pasti Pak Supir membatin, “Ni orang pasti wartawan atau intel yang sedang mencari-cari sesuatu dengan kamera canggihnya”. Pliss deh Bapak, apa sih yang engkau fikirkan. Saya cuma iseng. Dan kamera ini ga canggih-canggih amat. 6 Megapixelnya, SLR tipenya, Nicon 40D mereknya, semuanya masih serba sederhana. Belum pro-pro amat.

Menikung di perempatan RSHS, Pak Supir menancap gas sambil bergaya menyetir seperti pembalap yang takut kehilangan tikungan. Biar dramatis katanya, karena lampu kuning mulai nyala. Kala itu pula aku jepretkan kamera ke sisi kiri jalan. Tak disangka ternyata hasilnya seperti foto diatas.

Zoom…zoom beberapa kali. Aih… ada yang berpose seksi disana. Siapakah itu? Coba kalau itu Luna Maya. Pasti motor dan mobil yang berhenti itu bukan karena lampu sedang merah, tapi tertegun akibat tersengat yang namanya libido. Tapi sayangnya wanita itu bukan luna apalagi maya.

Ia adalah wanita malang yang mungkin tak merasa malang, karena ia sudah kehilangan sebuah defenisi. Janganlah tanya apa motivasi ibu itu duduk disana tanpa penutup dada. Jangan pula tanya apa duduk perkaranya. Karena harusnya ibu itu dipelihara negara yang juga harusnya bertanggung jawab atas nasib rakyatnya.

Antara kasihan, lucu, geli dan miris melihat keadaan ini. Semua orang pasti tau apa yang sedang menimpa wanita malang ini. Apa predikat yang pantas ia sandang. Takkan ada yang birahinya terbuncah meski ia tampil porno, karena kita tau ia harusnya ada di rumah sakit jiwa atau tempat yang layak baginya.

Taksi melaju. Saya masih nge-zoom. Kenapa sih orang-orang disitu tak ada yang menatap dia? Malu atau jijik sih?

TINGGALKAN BALASAN