MENJADI PENGUSAHA SUKSES tentu idaman banyak orang. Uang berlimpah, harta banyak, dan hidup terjamin. Sudah kaya, terkenal pula.

Ya…, kira-kira begitulah gambaran kebanyakan orang memandang pebisnis. Di seminar-seminar bisnis kita juga akan mendapatkan imagi yang sama. Hanya pebisnis sukses yang layak mengisi seminar. Lagi pula untuk apa mengundang pebisnis “kalah”?

Padahal, semua pebisnis akan “menelan” setidaknya lima pil pahit ini. Jadi, bagi yang ingin memulai usaha, saya saran berdamailah dengan kelima pil pahit ini. Tidak semua sanggup merasakan pahitnya, itu sebabnya harus berkenalan sejak dini. Jika nanti harus menelannya, pahit itu seringkali tidak berbuah manis. Kadang malah pahit ya pahit saja. Tapi setidaknya saat harus berhadapan dan menelannya, kita sudah siap dan tidak kagetan.

1. Gagal

Saat menjalankan usaha, hampir dapat dipastikan kita akan bertemu dengan bab gagal. Kegagalan produk, gagal menang tender, gagal secara keuangan, komplain yang tak berkesudahan, dan banyak peristiwa pahit lainnya yang dapat kita kelompokkan sebagai kejadian gagal.

Gagal itu memang menyakitkan dan kadang-kadang malah traumatis. Tidak ada pengusaha yang merencanakan kegagalan, tapi bagaimanapun kegagalan tetap saja akan kita alami. Gagal itu seperti sakit flu atau demam, tak ada yang ingin tapi ketika sudah tiba masanya kita tak bisa mengelak.

Jadi kita harus berdamai dengan kemungkinan hadirnya gagal itu. Tapi tidak perlu terlalu risau. Anggap saja seperti demam yang kadang harus kita terima. Yang bisa kita lakukan adalah menjaga kondisi tubuh, konsumsi makanan yang bergizi, dan berolahraga rutin. Tapi itu juga tidak menjamin kita terbebas seratus persen dari demam. Semua upaya itu hanya memperkecil kemungkinan terjadinya sakit, bukan menghilangkan semua peluang. Begitu juga dengan gagal. Bila masanya tiba, ikhlaskan saja. Mencoba berdamai dengannya sembari instropeksi diri untuk bekal perbaikan berikutnya.

2. Kas Lancar

Ada pepatah yang mengatakan “Cash is king and cash flow is queen“. Usaha kita bisa saja memiliki volume bisnis yang besar, tetapi kalau kasnya tidak lancar sang pengusahanya akan dilanda kepusingan tak terperi. Bisnis kita juga bisa saja di akhir tahun membukukan laba besar, tapi jika ada 1 minggu saja kehabisan cadangan kas bisa banyak masalah yang muncul. Vendor yang belum dibayar teriak-teriak, kita tidak bisa bayar gaji dan honor, belanja penting harus ditunda, dan segudang problem lainnya.

Oleh karena itu, dalam menjalankan usaha kita harus menaruh perhatian khusus supaya “aliran darah” berupa kas tetap tersedia. Kadang kita harus berhutang untuk menjaga aliran darah bisnis sehat. Tetapi jangan sampai terjebak utang yang tidak sehat.

Utang sehat adalah pinjaman yang membuat kita tumbuh lebih baik. Sebaliknya, utang penyakit adalah pinjaman yang kita gunakan untuk konsumsi yang sekedar menghabiskan uang. Tidak memiliki daya dongkrak untuk menumbuhkan usaha kita lebih baik. Contoh utang tidak sehat misalnya, pinjaman untuk beli kendaraan, untuk pergi jalan-jalan, untuk meningkatkan prestise gaya hidup, dan hal-hal konsumtif lainnya.

Menjaga kas lancar selalu tersedia juga bisa kita lakukan dengan menabung dan mencadangkan uang. Ia hanya dikeluarkan sewaktu kita memang sangat membutuhkan kas lancar. Kontrol penggunaannya harus seketat mungkin karena kalau tidak demikian kita akan mudah sekali kebablasan.

3. Penghianatan

Penghianatan banyak bentuknya. Mulai dari yang ekstrem sampai khianat tak terdeteksi. Tapi yang jelas, dalam menjalankan usaha kita akan bertemu dengan peristiwa-peristiwa yang dapat kita kategorikan sebagai pengkhianatan.

Spektrum pengkhianatan ini memang cukup lebar.

Mulai dari khianat kategori ringan berupa perbuatan tidak menepati janji. Kategori ini umumnya mudah saja kita maafkan.

Khianat sedang berwujud tindakan tidak setia. Kita sudah sama-sama berjanji, eh… di tengah jalan ada yang berbelok dan melanggar janji setia tersebut. Ada yang bisa berdamai dengan ini, ada pula yang bikin pusing tujuh keliling.

Lalu, penghianatan yang paling parah adalah tipu daya. Kita ditipu mentah-mentah oleh pelaku yang berkhianat. Ia sengaja berbaik-baik di awal untuk mengambil hati dan langsung “menusuk” pada saat yang tidak kita duga. Dampak dari khianat kategori berat ini cukup menggunjang. Maka, siapkanlah mental sedari awal kalau-kalau suatu saat nanti kita menghadapi kejadian pengkhiatan kadar berat ini.

4. Komplain Keras

Akan ada masanya kita mendapat komplain yang melemahkan semangat. Sudah bersusah payah mewujudkan agar produk atau jasa kita sampai di tangan konsumen, ternyata feed back yang kita peroleh adalah rasa kecewa berupa komplain keras.

Komplain biasa seperti kecewa karena terlambat, kualitas kurang memuaskan, atau pelayanan yang tidak sesuai mungkin masih dapat kita netralkan dengan mudah dan cepat. Akan tetapi, komplain yang saya maksud dalam hal ini adalah rasa kecewa kustomer yang diungkapkan dengan membawa implikasi serius terhadap bisnis kita. Beberapa contoh komplain keras yang bikin tidak bisa tidur misalnya:

  1. Ketidakpuasan yang diikuti dengan tuntutan hukum. Misalnya klien merasa dirugikan karena produk atau jasa kita tidak sesuai dengan ekspektasi mereka atau bahkan keluar dari perjanjian semula. Lalu mereka melakukan upaya hukum dengan berbagai alasan. Bisa untuk mengamankan kepentingannya, bisa juga agar kita hancur dan jera berbisnis lagi.
  2. Memasukkan perusahaan kita dalam daftar hitam sehingga bisnis terancam serius. Saya memang belum pernah menghadapi kondisi ini, tetapi teman-teman pengusaha lain sering bercerita bahwa mereka merasa tidak dalam posisi salah. Tapi tiba-tiba keluar surat pemberitahuan sudah masuk dalam perusahaan daftar hitam. Ketika masuk dalam daftar hitam ini, maka perusahaan kita akan kehilangan hampir seluruh potensi bisnis di masa mendatang. Sebab, masuk daftar hitam berarti tidak dipercaya lagi oleh seluruh entitas dalam lingkup bisnis kita.
  3. Komplain yang berujung pada persekusi di media sosial. Pada situasi ini, kita seolah masuk dalam hukum rimba dunia maya. Yang tidak puas mungkin hanya satu atau dua orang saja, tapi yang gregetan dan mencaci kita adalah netizen yang luar biasa buasnya.

5. Lilitan Utang

Dalam bisnis, utang itu ibarat pisau bermata dua. Untuk satu benda yang sama kadang berfungsi membantu kita dalam menyelesaikan masalah. Di waktu lain ia malah menusuk dan bisa membunuh kita.

Sebagai pengusaha, utang harus kita jadikan sebagai sarana untuk tumbuh. Berutanglah ketika utang tersebut sudah kita pastikan akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar dibandingkan kita tidak berutang. Jangan berutang hanya karena ingin mendapatkan uang untuk membeli keinginan.

Utang menjadi jahat ketika masa untuk membayarnya sudah jatuh tempo sementara kita belum memegang uang cash untuk membayarnya. Bisa jadi karena bisnis kita sedang terpuruk atau bisa juga karena kita belum menerima pembayaran dari klien (piutang).

Kita harus punya sikap mental utang adalah utang. Utang bukan pemberian dan bukan sesuatu yang bisa kita hindari begitu saja. Utang adalah janji yang harus kita tunaikan. Utang punya dua sifat: (1) harus kembali di waktu yang tepat; (2) terdapat imbal balik yang disepakati.

Kalau kita berutang tanpa mempertimbangkan kedua sifat utang tadi, bukan tidak mungkin kita akan terjerat lilitan utang berlipat-lipat. Misalnya, demi mengamankan pengembalian satu utang kita meminjam utang lain. Istilah “dangdutnya” gali lubang tutup lubang. Inilah yang suatu saat nanti akan menjerat leher kita sebagai pengusaha. Bahkan jika jeratannya terlalu kencang, kita masuk dalam risiko bangkrut, risiko tuntutan hukum, atau bahkan risiko dicederai secara fisik.

Nah… itulah lima pil pahit yang akan kita hadapi saat memilih menjadi pengusaha. Di balik cerita manis para pengusaha sukses, kadang malah lebih banyak porsi cerita pahitnya. Hanya saja mereka tidak mengumbar terlalu banyak pengalaman mereka menelan pil pahit tersebut.

Pesan saya adalah bersiaplah menelan pil pahit tersebut. Kita bisa hindari sekuat tenaga agar tidak sampai menelannya. Tapi itu tidak lantas menjamin bahwa dalam perjalanan bisnis kita tidak menghadapi pil pahit tersebut. Bersiap pada seluruh kondisi–baik dan buruk–adalah langkah paling tepat untuk berbisnis. Tidak perlu alergi dengan seluruh pil pahit tersebut karena ia bagian dari “permainan” yang harus kita lalui. Sama halnya seperti bermain game, tantanganlah yang membuat game terasa seru.

Credit photo: https://unsplash.com/@ashkfor121

2 KOMENTAR

  1. Tulisan yang bagus, pesannya ringkas dan langsung mengena di hati, SPOt ON, 5 pil pahit ini yang membuat banyak pengusaha tidak siap menjadi patah hati, menyerah bahkan calon potensial pengusaha menjadi mundur, menunda untuk memulai usaha.

TINGGALKAN BALASAN