Beberapa tahun lalu, pernah baca sebuah puisi yang cukup menginspirasi. Meski hanya baca sekilas, intinya masih terngiang-ngiang. Kalau sedang “jatuh”, sering saya teringat kembali puisi itu. Memang, bahkan satu baris pun dari puisi itu tidak saya ingat. Bahkan, persisnya baca dimana saya juga lupa.

Sebulan lalu, ketika sedang menghadapi hari yang lumayan berat, saya sempatkan jalan-jalan ke salah satu toko barang bekas di jalan Martadinata (Riau) – Bandung. “Mungkin dengan lihat barang-barang unik, beban hari itu bisa sedikit teralihkan,” batin saya.

Ada dua hal yang saya dapatkan hari itu. Pertama, saya dapat buku yang selama ini saya cari-cari – Biografi Lee Iacocca dalam bahasa inggris. Dulu pernah baca edisi terjemahannya, tapi serasa banyak kalimat yang kurang apik terjemahannya. Jadi penasaran cari aslinya. Harganya hanya Rp. 25.000, murah sekali.

Kedua, saya lihat sebuah pigura bergambar orang yang sedang mendaki gunung. Ada puisi juga tertulis disana. Wow… ini dia puisi yang selama ini saya cari-cari. Hanya terngiang-ngiang saja, tanpa tau apa judulnya, tanpa tau juga harus nyari dimana. Ternyata di toko barang bekas itu dijual dalam sebuah pigura. Sayangnya harganya lumayan mahal. Mending cari di internet saja. Dan inilah dia…

Don’t Quit Poem
by anonymous

When things go wrong, as they sometimes will,
When the road you’re trudging seems all up hill,
When the funds are low and the debts are high,
And you want to smile, but you have to sigh,
When care is pressing you down a bit,
Rest! if you must; but don’t you quit.

Life is queer with its twists and turns,
As everyone of us sometimes learns,
And many a failure turns about
When he might have won had he stuck it out;
Don’t give up, though the pace seems slow;
You might succeed with another blow.

Often the goal is nearer than
It seems to a faint and faltering man,
Often the struggler has given up
When he might have captured the victor’s cup.
And he learned too late, when the night slipped down,
How close he was to the golden crown.

Success is failure turned inside out;
The silver tint of the clouds of doubt;
And you never can tell how close you are,
It may be near when it seems afar;
So stick to the fight when you’re hardest hit;
It’s when things seem worst that you mustn’t quit.

BAGIKAN
Tulisan sebelumnyaStereotipe Kacamata
Tulisan berikutnyaDikalahkan Marah

4 KOMENTAR

  1. Salams,
    A very nice poem.
    I’m touched.
    Don’t give up.
    Life is just like a rollercoaster,
    sometimes you up, sometimes you down.
    Di pengakhiran kisah, indahnya semanis madu.

  2. Kuselesaikan masa perkabungan ini

    kuselesaikan masa perkabungan ini
    tangis yang sia-sia menyisakan reruntuhan
    ada yang harus dibangun dan dituliskan
    rancangan-rancangan yang entah
    jalan-jalan yang hilang arah
    penanda, penunjuk, dan waktu yang nyaris mati

    kuselesaikan masa perkabungan ini
    walau ada yang tetap mengalir pelan
    menadikan denyut kehidupan
    aku tak mau menyerah
    walau berkali-kali kalah

    bekasi, 10 agustus 2005

    -dari bang Misbach untuk bang Irfan-

    • @ Ipin
      Wah… salah alamat nih, harusnya sajak seperti ini ditujukan untuk bang toyyib. Sudah 3 lebaran dia tak pulang (mulai agustus 2005). Nanti kalau ketemu saya sampaikan deh 🙂

Tinggalkan Balasan ke hana Batal balasan