Saya bilang misterius karena memang sampai saat ini saya belum menemukan jawabannya. Kenapa?

Cerita bermula saat saya berangkat ke Bali pertengahan agustus 2008. Pesawat yang seharusnya berangkat jam 7 malam dari Jakarta ternyata delay selama 2 jam. Jadi saja saya sampai Bali sekitar jam setengah 12 malam waktu Indonesia bagian tengah.

Saya belum sempat pesan hotel untuk numpang nginap dengan membayar. Jadi saya bilang ke Pak Supir Taksi yang tak mau pakai argo itu, “Pak tolong bantu saya cari hotel di Nusa Dua ya…“. “Siaap…“, katanya sambil melaju menyusuri jalan yang sudah sepi.

Kesan ke Bali kali ini agak beda. “Kok sepi sekali ya?“, saya memecah kesepian yang menyelinap antara kami. “Sekarang sudah larut Pak, lagi pula sekarang hari raya ngaben“, pak supir yang sudah berambut putih itu akhirnya bicara juga setelah 15 menit kami saling diam.

Sesampainya di Nusa dua kami muter-muter cari hotel. “Disini ada kawasan hotel elit Pak, tapi pasti mahal“, katanya. Jelas selama 25 menit perjalan dari Bandara dia sudah menilai saya. ‘Pasti tak mampu bayar hotel 2juta permalam nih‘. Aih, si Bapak pastilah sudah pintar betul membaca keadaan, saya bicara dalam hati. “Oke Pak, kita cari yang lain saja“, jawab saya agak diplomatis.

Tapi ternyata hotel pada penuh semua. Kasihan juga si Bapak, saya ajak jalan-jalan cari hotel. Setelah percobaan ke-5 akhirnya ketemu juga sebuah hotel. O.o.. masih ada kamar kosong. “400 ribu permalam Pak, biasanya kami publish USD 60“. Oke tak masalah, lagi pula sudah lewat tengah malam, saya harus istirahat.

Terimakasih Pak“, saya ambil barang di bagasi taxi sambil bayar ongkosnya. Tentu saja itu barang punya saya, bukan punya pak taksi. Saya pengen kasih dada (say good bye gitu) sama supir taksi, sebagai tanda kami berpisah, tapi ga usah ah.. Malu.

Sampai disini, semua berjalan biasa saja. Karena itu kita loncat ke hari selanjutnya, setelah saya bangun pagi.

Saya keluar kamar sebentar untuk liat-liat keadaan. Bali gitu loh… ini lebih terkenal di luar negeri sana dibandingkan Indonesia sendiri. Pasti ada hal yang menarik disini hingga banyak turis bertandang ke tanah dewata ini.

Tak ada apa-apa, biasa saja. Suasana hotel juga biasa. Nyaman dan kesannya memang Bali sekali. Where’s every body???. Saya hanya menemukan 2 orang saja selama berkeliling sekitar 10 menit. Resepsionis dan tukang sapu yang dari tadi menari dengan sapunya.

Tiga malam saya menginap disana, tapi tak pernah menemukan satu orang pun selain resepsionis dan lagi-lagi tukang sapu. Padahal hotel lainnya disamping kanan dan kirinya serta di wilayah itu pada penuh. Wisatawan memang sedang banyak. Tapi di hotel ini kok sepi sekali? tampak tak ada seorang pun yang menginap disini selain saya. Sendiri saja.

Penasaran bertambah, apa lagi saat keluar dari hotel menuju salah satu hotel elit yang ditunjukkan supir taksi beberapa hari lalu. Saya naik taksi lagi, “Selamat pagi Pak“, sapa sang supir. “Nginap disini Pak?“, katanya dengan raut wajah yang tampak khawatir. Wah, ada apa ini. Hampir saja logika saya ketilap rasa takut. Apakah ini hotel berhantu sehingga tak ada yang mau nginap disini? atau barangkali ada kejadian-kejadian aneh disini?

Karena penasaran itu malam-malam selepas maghrib saya keliling-keliling lagi. Memang sepi sekali di hotel itu. Semua lampu di kamar-kamar pada padam. Padahal taksiran saya setidaknya ada 100 kamar disana. Kolam renang juga ada. Saya mau berenang tapi takut ada buaya didalamnya, jadi ga kesampaian.

Tiga malam disana biasa saja. Tidurpun nyaman dan nyenyak. AC saya matikan saja karena Bali sedang musim dingin. Ketularan dari Australia katanya. Yang membuat saya penasaran, kenapa hotel itu begitu sepi? Sedangkan teman-temannya semuanya penuh. Fasilitas bagus kok. Secara fisik lumayan bagus lah. Kontras sekali. Ada apa sih dengan hotel ini? Mohon maaf saya tak kuasa sebut nama hotelnya, agar mereka tak dirugikan. Wahai hotel misterius, saya akan kembali lagi kesana. Semoga kamu tak misterius lagi ya… Karena saya sudah janji dengan kolam renang-mu mau bermain dengan dia.

14 KOMENTAR

  1. hotel yang aneh!!!

    bang irfan…
    buatlah shoutboxnya
    register aja di shoutmix.com

    :: sekedar usul ::

    btw..nambah lagi nie blog utk dibaca2 klo lagi browsing. mantap bang!!! lanjot trouusss…

    PS: Untung td sempat liat status YM! Bang Irfan sebelum diskonek hehehe

  2. Salam kenal sahabat Ipin. Harusnya saya panggil uwak, karena saya punya uwak namanya Ipin. Kita semua memang misterius

  3. ya begitu lah bali…dengan segala kelembutan alam dan “lelembut” nya
    kkkk….
    -eks (sempat)penghuni hutan bali barat

  4. o alangkah potensialnya Bali ini. Saya berfikir keras ketika ada disana, peluang bisnis apa yang masih tersedia disini dibidang pariwisata ya? ga nemu juga.
    terimakasih ikhwan, nanti kita bikin paket tour wisata ‘lelembut’ di Bali. dikau jadi “guidenya” ya… he..he..

  5. Saya liburannya hanya malam hari saja bang Lubis. Siangnya harus berdinas. Tapi yang namanya asyik, itu jelas… he..he…

  6. Sungguh menarik lae, memang hal yg berbau supra natural itu seperti sesuatu yang terletak antara ada atau tiada. Saya sendiri belum pernah mengalami bertemu dengan mahluk halus dan sebangsanya. Tapi menurut cerita2 mereka itu ada.
    Mempercayai hal demikian itu kalau menurut saya hampir mirip dengan memahami rasa takut atau berani, kedua rasa itu sebenarnya ada gakk siih..?
    atau itu hanya perasaan saja…?

    keep writing lae, jangan pernah merasa takut mengekpresikan apa yg terlintas dipikiran karena belajar itu kan di mulai dari mengabaikan rasa takut…

    salam kenal lae nice writing … 😉

  7. Sanal juga lae Candra. Saya yakin cuma perasaan aja kok itu. Anyway terimakasih sudah berkunjung. Sampai bertemu lain kesempatan 🙂

  8. Askm.

    Selamat berkenalan. Saya juga mau ke Bali Feb ini dan rasanya saya tau hotel yg mana. Mahu selidik kisah disebaliknya (kalau ada keberanian hehehhe…)

Tinggalkan Balasan ke bangirfan Batal balasan